URBANCITY.CO.ID – Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) 14-15 Januari 2025 yang dirilis beberapa hari lalu menyatakan, penyaluran kredit/pembiayaan pada 2024 tetap kuat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan kredit 2024 mencapai 10,39 persen secara tahunan (yoy), berada dalam kisaran target BI sebesar 10–12 persen.
Pertumbuhan kredit itu dipengaruhi oleh terjaganya penyaluran kredit perbankan, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, tersedianya dukungan pendanaan dari pertumbuhan simpanan masyarakat (DPK), serta positifnya dampak insentif likuiditas (KLM) BI.
Hingga minggu kedua Januari 2025 BI telah menyalurkan insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp295 triliun, meningkat Rp36 triliun dibanding Rp259 triliun per akhir Oktober 2024.
Insentif itu telah disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp129,1 triliun, bank BUSN (swasta nasional) sebesar Rp130,6 triliun, BPD sebesar Rp29,9 triliun, dan KCBA (bank asing) sebesar Rp5 triliun.
Bi menyebut pertumbuhan kredit 2024 itu terutama didukung oleh kinerja usaha korporasi yang terjaga, di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas.
Pertumbuhan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, masing-masing tercatat 8,35 persen (yoy), 13,62 persen (yoy), dan 10,61 persen (yoy). Sementara pembiayaan syariah tumbuh 9,87 persen (yoy), kredit UMKM 3,37 persen (yoy).
Baca juga: Kelas Menengah dan Daya Beli Lemah, Perbankan Pesimis Capai Target Penyaluran Kredit
Tahun ini BI memperkirakan pertumbuhan kredit meningkat di kisaran sasaran 11–13 persen, sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik dan dukungan kebijakan insentif likuiditas BI.