Ara sendiri meminta developer Himperra menaikkan realisasi pembangunan rumahnya, dari selama ini sekitar 50.000 unit per tahun menjadi 150.000 unit.
Baca juga: The HUD Institute Minta Penyusunan Road Map Program 3 Juta Rumah Perlu Segera Ditetapkan
Ari Priyono menyatakan kesiapan Himperra memenuhi permintaan tersebut, dengan syarat cakupan penerima subsidi diperluas tidak hanya MBR.
“Peningkatan pembangunan rumah subsidi juga perlu mempertimbangkan demand-nya. Tidak semua kelompok masyarakat mampu dan mau membeli rumah MBR seharga mulai dari Rp168 juta per unit itu kendati ada subsidi FLPP,” jelas Ari.
Kelompok masyarakat di desil 1-2 (pendapatan terendah) misalnya, mungkin hanya mampu membeli rumah seharga Rp100 juta ke bawah.
Bila pemerintah memberikan subsidi kepada kelompok yang selama ini belum mendapat perhatian serius itu, demand rumah subsidi akan membesar.
Bank BTN sudah menawarkan skema KPR subsidi Rp75 juta dengan cicilan Rp400 ribu per bulan untuk kelompok di desil 1-2 atau 3 tersebut.
Selain itu kelompok masyarakat di desil 6-8 (menengah) kurang berminat dengan rumah MBR, karena kurang memenuhi preferensi mereka. Kelompok ini menginginkan rumah yang lebih baik seperti rumah menengah seharga Rp300 juta sampai Rp500 juta.
Karena itu cakupan subsidi perlu diperluas, mencakup mulai dari rumah seharga Rp100 juta sampai misalnya, maksimal Rp500 juta.
Komposisi pendanaan KPR-nya bisa dibuat baru menjadi misalnya 50:50, periode subsidi dibatasi, misalnya maksimal 8-10 tahun, dan bunga KPR-nya bervariasi antara 5-7 persen per tahun.