URBANCITY.CO.ID – Pada akhir perdagangan Jum’at (20/9/2024), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup Rp15.150/USD. Menguat 0,58 persen dibanding sehari sebelumnya, atau 1,64 persen dibanding penutupan perdagangan Jumat pekan sebelumnya.
Nilai tukar rupiah itu merupakan yang terkuat dalam 13 bulan terakhir. Ke depan nilai tukar rupiah berpotensi terus menguat, karena tujuh faktor berikut ini.
Pertama, makin gemuknya cadangan devisa dari USD145,4 miliar pada Juli 2024 menjadi USD150,2 miliar pada Aggustus 2024, atau meningkat hampir USD5 miliar dalam sebulan. Cadangan devisa cukup untuk pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Kedua, agresifnya Bank Indonesia (BI) mengoptimalkan instrumen moneter pro-market untuk menarik aliran masuk modal asing portofolio.
Yaitu, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valasa Bank Indonesia (SUVBI).
Menurut BI, hingga 17 September 2024 outstanding SRBI, SVBI, dan SUVBI tercatat Rp918,42 triliun, USD2,95 miliar, dan USD280 juta. Sebanyak Rp246,08 triliun atau 26,79 persen dari outstanding SRBI itu, dipegang asing.
“Penerbitan SRBI mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan memperkuat nilai tukar rupiah,” tulis BI.
SRBI memang menjadi favorit investasi asing portofolio, karena menawarkan imbal hasil (yield) yang tinggi. Bunga SRBI tenor 6, 9, dan 12 bulan per 13 September 2024 tercatat 6,99 persen, 7,09 persen, dan 7,11 persen.