Ketiga, surplus neraca perdagangan yang kembali melonjak pada Agustus 2024 sebesar USD2,9 miliar, dibanding USD0,47 juta pada Juli 2024. Surplus Agustus 2024 itu melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia 52 bulan beturut-turut sejak Mei 2020.
Keempat, terjaganya inflasi di kisaran sasaran 2,5±1 persen. Pada Agustus 2024 inflasi tahunan (yoy) mencapai 2,12 persen. Menurun dibanding inflasi tahunan Juli 2024 yang tercatat 2,13 persen.
Selain karena penurunan harga bahan makanan bergejolak atau volatile food, rendahnya inflasi Agustus itu menurut BI juga karena terkendalinya imported inflation sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, dan dampak positif berkembangnya digitalisasi.
Kelima, tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada kuartal dua 2024 tercatat 5,05 persen. Hal itu kata BI, karena investasi terus tumbuh, konsumsi rumah tangga terjaga, khususnya kelas menengah ke atas, dan ekspor nonmigas tetap baik.
BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 berada di kisaran 4,7-5,5 persen atau mediannya 5,1 persen.
Keenam, ketidakpastian kebijakan moneter negara maju makin mereda sejalan dengan terus melambatnya tekanan inflasi global.
Inflasi Amerika Serikat (AS) diperkirakan makin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2 persen, di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.
Perkembangan ini mendorong prospek penurunan bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula.