URBANCITY.CO.ID – Menurut catatan Bank Indonesia (BI), rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) perbankan Indonesia meningkat. Kalau per Desember 2023, rasio NPL gross tercatat 2,19% dan NPL net 0,71%, pada April 2024 naik menjadi 2,33% dan 0,81%.
Kendati demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, rasio NPL itu terbilang rendah karena masih jauh dari batas rasio NPL maksimal 5%.
“Ketahanan perbankan Indonesia tetap kuat, didukung kemampuan membayar (utang) korporasi dan rumah tangga yang juga masih baik,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan BI Juni 2024, Kamis (20/6/2024).
Menurut Perry, ketahanan perbankan Indonesia terlihat dari hasil uji stres yang dilakukan BI. Likuiditas memadai, risiko kredit rendah, dan permodalan kuat. Ruang likuiditas bank juga relatif besar. Tercermin dari alat likuid terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang masih tinggi, 25,78% per April 2024.
Begitu pula rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan, tercatat 25,97% atau tetap tinggi per April 2024. Penyaluran kredit bank juga demikian, masih tinggi. Tumbuh 12,15% secara tahunan (yoy) pada Mei 2024.
Didorong pertumbuhan kredit di sebagian besar sektor ekonomi, terutama perdagangan, industri, dan jasa dunia usaha, karena kinerja korporasi dan rumah tangga yang masih baik.
“Penjualan dan belanja modal dalam tren yang positif, sehingga mendorong kebutuhan pembiayaan modal kerja dan investasi. Konsumsi rumah tangga menengah atas dan atas terbilang kuat, seiring ekspektasi penghasilan yang meningkat,” ujar Perry.