URBANCITY.CO.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, perekonomian global masih stagnan lemah. Terutama karena ketidakpastian yang masih tinggi akibat faktor geopolitik, dan suku bunga The Fed (bank sentral AS) Fed yang tetap tinggi.
Situasinya makin kompleks karena Tiongkok sebagai negara ekonomi kedua terbesar di dunia, masih dihadapkan pada over production sehingga menimbulkan komplikasi dalam perdagangan internasional.
Amerika Serikat misalnya, mengenakan tarif masuk yang tinggi untuk berbagai produk dari Tiongkok. Akibatnya Tiongkok berupaya melempar produknya ke negara lain dengan harga bantingan, termasuk ke Indonesia.
Hal itu dikemukakan Menteri Keuangan dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR dengan agenda “Penyampaian Pokok-pokok Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II APBN 2024” di Gedung DPR, Senin (8/7/2024), seperti dikutip keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi global saat ini merupakan yang terlemah dalam 10 tahun terakhir. Situasinya diperburuk inflasi global yang tetap keukeuh bertengger tinggi.
Kalau dulu tingginya inflasi global itu karena kenaikan harga komoditas, kini setelah harga komoditas merosot, karena kenaikan biaya sewa dan upah tenaga kerja di negara-negara maju.
Pemilu yang berlangsung dan akan berlangsung di sejumlah negara maju makin menambah ketidakpastian ekonomi tersebut. Memicu spekulasi perubahan kebijakan dari negara-negara tersebut di bawah pemerintahan yang baru.
“Pemilu di Prancis menghasilkan pemenang yang berbeda (Aliansi Partai-partai Kiri), di Inggris terjadi perubahan pemerintahan (dari Partai Konservatif ke Partai Buruh), di Amerika kita masih akan mengikuti pemilunya,” kata Menkeu.