URBANCITY.CO.ID – Di tengah ketidakpastian perekonomian global, potensi ekonomi dalam negeri harus dioptimalkan. Apalagi, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia, mencapai 281 juta jiwa pada 2024 (perkiraan).
Jumlah penduduk yang besar itu merupakan pasar retail yang potensial diberdayakan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi, terutama konsumsi kelas menengah. Konsumsi menyumbang lebih dari 54 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kelas berkontribusi hampir 50 persen terhadap konsumsi itu.
Pertumbuhan konsumsi itu sejak 2002 jauh lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia, mencapai 12 persen dibanding pertumbuhan ekonomi yang rata-rata hanya 5-6 persen.
Pertumbuhan pesat pusat belanja bisa menjadi salah satu indikator peningkatan konsumsi tersebut. Besar kecilnya pertumbuhan pusat belanja atau toko ritel itu tergantung pendapatan per kapita di setiap wilayah.
Itulah kenapa pertumbuhan pusat belanja terbesar ada di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), karena pendapatan per kapita penduduknya terbilang paling tinggi di Indonesia, di atas USD20.000 per tahun.
Hal itu disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sambutannya pada pembukaan Indonesia Retail Summit 2024 “Navigating the Future of Retail: Strategies for Competitiveness and Innovation” di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
“Jadi, berapa banyak toko retail yang dibuka di suatu daerah, dapat mencerminkan pendapatan per kapita penduduk daerah tersebut,” kata Airlangga seperti dikutip keterangan tertulis Kemenko Perekonomian.