URBANCITY.CO.ID – Banyak pengamat ekonomi menyatakan, deflasi 4 bulan berturut-turut (Mei-Agustus 2024), dibarengi banyaknya PHK, dan anjloknya penjualan mobil, menandakan daya beli masyarakat turun.
Namun, pemerintah dan otoritas moneter membantahnya. Alasannya inflasi inti masih meningkat. Inflasi inti adalah inflasi (kenaikan indeks harga konsumen atau harga sekumpulan barang dan jasa) minus bahan makanan yang cenderung volatile (bergejolak) dan energi yang harganya ditentukan pemerintah.
Inflasi inti lazim dipakai untuk mengukur daya beli. Pada Agustus kendati terjadi deflasi, inflasi inti meningkat 2,02 persen secara tahunan (yoy), dibanding 1,95 persen pada Juli, 1,90 persen pada Juni, dan 1,93 persen pada Mei.
Transaksi ekonomi dan keuangan menggunakan berbagai kanal digital memperkuat argumen pemerintah. Bank Indonesia (BI) melalui keterangan tertulis beberapa hari lalu mencatat, transaksi BI-RTGS naik 11,73 persen (yoy) mencapai Rp14.731 triliun.
BI-RTGS atau Real Time Gross Settlement adalah transaksi realtime online yang dikembangkan Bank Indonesia untuk transaksi bernilai besar, lebih dari Rp100 juta.
Dari sisi ritel, volume transaksi dengan BI-Fast meningkat 59,12 persen (yoy) mencapai 312,67 juta transaksi.
BI-Fast adalah transaksi realtime online yang dibangun BI, serupa dengan digital banking yang dikembangkan perbankan, sebagai mekanisme transfer realtime online antar-bank.
Transaksi digital banking tercatat 1.871,19 juta atau meningkat 31,11 persen (yoy). Sedangkan transaksi Uang Elektronik (UE) tumbuh 21,53 persen (yoy) mencapai 1.246,58 juta transaksi.