URBANCITY.CO.ID – Nilai tukar mata uang yang kuat dan stabil sangat penting bagi perekonomian sebuah negara. Kurs rupiah yang selalu bergejolak membuat perencanaan ekonomi dan bisnis menjadi sulit.
Harga berbagai produk impor juga menjadi lebih mahal, yang selanjutnya mempengaruhi harga berbagai barang dan jasa di dalam negeri. Contoh paling gampang, harga BBM.
Bila kurs rupiah melemah, impor BBM menjadi lebih mahal. Dalam hal ini pemerintah hanya punya dua pilihan: menaikkan harga jual BBM di dalam negeri atau menambah subsidi. Keduanya pilihan yang sulit.
Sejak kemarin (20/9/2024) nilai tukar rupiah menguat ke level Rp15.150. Terkuat sejak 13 bulan terakhir. Dipicu terutama oleh penurunan bunga acuan The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) dan pemangkasan BI Rate.
Untuk menjaga agar kurs rupiah makin kuat dan lebih stabil, tidak kembali bergejolak dan amblas seperti sebelumnya yang sempat mencapai lebih dari Rp16.500 per dolar AS (USD), Bank Indonesia akan mengoptimalkan 3 instrumen moneter.
Yaitu, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Mengutip keterangan tertulis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (18/9/2024), optimalisasi tiga instrumen itu juga untuk menjaga inflasi tetap rendah, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas, dan mendorong aliran masuk modal asing portofolio ke dalam negeri.
Hingga 17 September 2024 BI mencatat posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI sebesar Rp918,42 triliun, USD2,95 miliar, dan USD280 juta.