URBANCITY.CO.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali mendekati Rp15.500 setelah dua pekan lalu sempat mencapai Rp15.150 per USD.
Menurut keterangan Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso Jum’at (4/10/2024), pada penutupan perdagangan Kamis (3/10/2024) rupiah melemah ke level Rp15.415/USD.
Mengikuti depresiasi rupiah, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke 6,51 persen, indeks dolar atau DXY (indeks USD terhadap 6 mata uang negara utama lainnya: EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) menguat ke level 101,99, dan yield surat utang pemerintah AS naik ke 3,846 persen.
Begitu pula premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, per 3 Oktober 2024 tercatat 68,02 bps, meningkat dibandingkan 67,50 bps per 27 September 2024.
Pada pembukaan perdagangan Jumat (4/10/2024) rupiah (bid) makin melemah ke level Rp15.480. Sedangkan yield SBN 10 tahun naik ke 6,62 persen.
Pelemahan rupiah diikuti penurunan aliran masuk modal asing portofolio. Asing paling banyak melepas pemilikan sahamnya di pasar modal Indonesia.
Berdasarkan data transaksi 30 September–3 Oktober 2024, nonresiden (asing) secara agregat tercatat beli neto Rp0,57 triliun saja.
Yaitu, beli neto di pasar SBN Rp6,13 triliun, jual neto di pasar saham Rp4,36 triliun, dan jual neto di pasar SRBI (Sekuritas Rupiah BI) Rp1,20 triliun.
Selama 2024 berdasarkan data setelmen s.d. 3 Oktober, asing tercatat beli neto Rp191,75 triliun di SRBI, Rp49,92 triliun di pasar saham, dan Rp36,42 triliun di pasar SBN.