URBANCITY.CO.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) menguat setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan data neraca pembayaran Indonesia (NPI).
NPI triwulan III membaik, mencatat surplus tinggi USD5,9 miliar, setelah minus (defisit) USD0,6 miliar pada triwulan II dan minus USD6 miliar pada triwulan I.
Bank Indonesia menyebut surplus yang meningkat signifikan itu, mampu mendukung ketehanan ekstenal perekonomian Indonesia terhadap gejolak ekonomi global, termasuk gejolak nilai tukar mata uang.
Bank Indonesia mencatat, pada akhir perdagangan Kamis (21/11/0224), rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.920 per USD.
Bersamaan dengan itu, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun turun ke 6,90 persen, indeks dolar atau DXY menguat ke level 106,97, dan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) 10 tahun turun ke level 4,422 persen.
Pada pembukaan perdagangan Jumat (22/11/2024), rupiah dibuka di level (bid) yang sama Rp15.920 per USD. Sedangkan yield SBN 10 tahun makin turun ke 6,88 persen.
Baca juga: Supaya Rupiah Tidak Makin Loyo, BI Pertahankan BI Rate
Pada penutupan perdagangan, Jumat, setelah BI mengumumkan NPI yang mencatat surplus tingg itu, nilai tukar rupiah langsung menguat terhadap USD.
Mengutip Refinitiv, kurs rupiah bertengger di level Rp 15.870/USD, menguat 0,31 persen dibanding penutupan perdagangan Kamis sebesar Rp15.920 itu, kendati indeks dolar naik ke level 107,03 dibanding Kamis yang tercatat 106,97.
Kenaikan indeks dolar itu seiring dengan aliran keluar (net outflows) modal asing portofolio yang masih terus berlangsung, pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS.