URBANCITY.CO.ID – Seorang pakar sumber daya air dari Iran, Mohsen Arbabian, mengungkapkan tuduhan serius bahwa Israel dan Amerika Serikat telah menggunakan teknologi manipulasi cuaca yang menyebabkan krisis air di negaranya. Saat ini, Iran sedang menghadapi krisis air terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Dalam wawancaranya di kanal YouTube Iran, Khate Energy, yang ditayangkan pada 29 Juli 2025, Arbabian menjelaskan bahwa selama puluhan tahun, Israel dan AS telah mengalihkan awan hujan dari Iran, yang semakin memperburuk kondisi krisis air di negara tersebut.
“Saya mengatakan ini dengan yakin,” tegasnya. Ia menunjukkan bahwa citra satelit menunjukkan bagaimana awan hujan bergeser dari jalurnya. “Saya tidak peduli berapa banyak orang yang mengatakan bahwa awan bergeser adalah hal normal, tapi saya katakan tidak.”
Arbabian juga membandingkan ketinggian air antara Danau Van di Turki, yang saat ini penuh, dengan Danau Urmia di Iran, yang hampir mengering. Danau Urmia dulunya merupakan danau air asin terbesar di Timur Tengah, namun kini kondisinya sangat memprihatinkan.
Baca Juga : Tarif Transportasi Umum Hanya Rp 80 di Jakarta Saat HUT RI ke-80
Ia menambahkan bahwa awan yang biasanya membawa hujan dari Mediterania ke Iran telah dialihkan ke negara-negara tetangga seperti Turki, Azerbaijan, dan Armenia. Akibatnya, Iran mengalami kekeringan yang parah dengan curah hujan di bawah rata-rata selama lima tahun terakhir. Di beberapa wilayah, curah hujan turun lebih dari 40 persen, menyebabkan banyak daerah kekurangan air.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, telah memperingatkan bahwa bendungan-bendungan di Teheran bisa benar-benar kering pada bulan September atau Oktober jika penggunaan air tidak dipangkas secara signifikan.
Minggu lalu, pemerintah Iran menambah hari libur umum di Teheran dan 10 provinsi lainnya untuk menghemat air dan listrik di tengah gelombang panas ekstrem yang mencapai lebih dari 50° Celcius. Awal tahun 2025, level bendungan di Iran mencapai rekor terendah, dengan waduk utama Teheran hanya berada di kisaran 1 persen dari kapasitasnya, sementara waduk lainnya hanya 30 persen.
Krisis air ini telah menyebabkan penjatahan air yang meluas dan demonstrasi di berbagai kota besar, termasuk Khomam. Pemerintah pun menyerukan kepada warga untuk mengurangi penggunaan air setidaknya 20 persen dari kebutuhan sebelumnya.