URBANCITY.CO.ID – Dalam banyak program sosial, keseragaman kerap dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan. Format sama, alur sama, dan hasil diharapkan seragam. Namun temuan di lapangan menunjukkan hal berbeda pada dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Alih-alih hadir dalam satu bentuk baku, dapur SPPG justru tumbuh beragam di tiap wilayah. Perbedaan itu bukan kekurangan, melainkan hasil adaptasi terhadap karakter lingkungan, sumber daya, dan komunitas yang menjalankannya.
Di satu wilayah, dapur SPPG beroperasi dari rumah warga yang disesuaikan menjadi ruang produksi. Di wilayah lain, dapur terhubung erat dengan kegiatan posyandu dan mengikuti ritme kerja para kader kesehatan. Jam persiapan, pembagian tugas relawan, hingga mekanisme distribusi makanan disusun sesuai kondisi setempat.
Baca juga: BNI Raih Dua Penghargaan Internasional Berkat Konsistensi Pengembangan SDM
“Setiap wilayah punya tantangan sendiri. Kalau dipaksakan satu pola, biasanya tidak bertahan lama,” ujar Ibu Ati, salah seorang mitra atau pemilik dapur SPPG Bina Cendikia Mandiri di Kabupaten Bogor.
Meski bentuk dan alurnya berbeda, prinsip dasar tetap dijaga. Keamanan pangan, ketepatan sasaran penerima, serta kedisiplinan proses menjadi benang merah di semua dapur. Standar tersebut diterjemahkan secara kontekstual, bukan sekadar diikuti secara kaku.
“Yang kami jaga itu nilai dan tujuannya, bukan harus meniru cara dapur lain,” kata Neni, asisten lapangan SPPG. Menurutnya, fleksibilitas membuat relawan merasa memiliki sistem yang mereka jalankan sendiri.




