URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) mencatat, berdasarkan data transaksi 13–16 Mei 2024 nonresiden atau asing di pasar keuangan domestik melakukan beli neto Rp22,06 triliun. Terdiri dari beli neto Rp5,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,40 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp19,17 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sedangkan selama 2024 berdasarkan data setelmen s.d. 16 Mei 2024, asing melakukan jual neto Rp42,27 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,05 triliun di pasar saham, namun beli neto Rp53,18 triliun di SRBI. Karena modal asing (portofolio) kembali deras masuk menyusul keputusan BI menaikkan BI rate menjadi 6,25% dua pekan lalu untuk mengendalikan gejolak nilai tukar, rupiah pun kembali ke level di bawah Rp16.000.
Mengutip keterangan tertulis BI melalui Asisten Gubernur/Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono akhir pekan lalu, pada Kamis (16/5/2024) rupiah ditutup di level (bid) Rp15.920 per dolar AS di JISDOR BI, dan dibuka melemah tipis di level (bid) Rp15.940 saat pembukaan pasar, Jum’at (17/5/2024). Kemudian melemah lagi ke level Rp15.980 pada penutupan perdagangan Senin (20/5/2024) namun tetap masih di bawah Rp16.000.
Baca juga: Modal Asing Mulai Masuk Lagi, Rupiah Menguat
Karena arus modal asing kembali menderas masuk, yield SBN 10 tahun pun turun ke level 6,86%. Sedangkan DXY melemah ke level 104,46, dan yield US Treasury Note (UST) 10 tahun turun ke level 4,375%. DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF). Sementara UST adalah surat utang negara yang diterbitkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.