URBANCITY.CO.ID – Nilai ekonomi digital Indonesia yang saat ini mencapai USD90 miliar, tahun depan akan melonjak menjadi sekitar USD130 miliar atau lebih dari Rp2.000 triliun (dengan kurs Rp16.000). Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang tinggi itu, selaras dengan potensi peningkatan ekonomi digital di ASEAN yang berpenduduk sekitar 600 juta. Dengan implementasi Digital Economy Framework Agreement (DEFA), nilai ekonomi digital ASEAN yang semula diperkirakan berbagai lembaga studi mencapai USD1 triliun pada 2030, akan meningkat hingga USD2 triliun.
Hal itu dinyatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam courtesy call dengan pimpinan Nikkei Inc, di antaranya Mr. Hidenaka Kato dan Mr. Daisuke Arakawa di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang, dalam rangkaian acara Nikkei Forum 29th Future Asia, Jumat (24/5/2024).
Saat ditanya petinggi Nikkei mengenai maksud kedatangan sejumlah CEO perusahaan teknologi global (Microsoft, Google, Tesla, dll) ke Indonesia dalam sebulan terakhir, Menko Airlangga menjawab bahwa Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan menjadikan ekonomi digital sebagai mesin pertumbuhan ekonomi utama berikutnya. “Saat ini Indonesia merupakan rumah bagi 10 unicorn dan 2 decacorn,” katanya seperti dikutip keterangan tertulis Juru Bicara Kemenko Perekonomian/Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Haryo Limanseto.
Unicorn adalah perusahaan rintisan berbasis teknologi informasi (start up) dengan nilai valuasi pasar USD1 miliar (sekitar Rp16 triliun) atau lebih. Sedangkan decacorn adalah start up dengan nilai valuasi pasar USD10 miliar atau lebih. Dalam pertemuan itu dibicarakan juga isu-isu keamanan siber. Dalam kaitan itu Menko Airlangga menyatakan, ketersediaan infrastruktur digital juga menjadi salah satu isu dalam ekonpmi digital.