URBANCITY.CO.ID – Setelah sempat menguat di atas Rp15.900-an per satu dolar AS (USD) pada medio Mei, nilai tukar rupiah kembali melemah ke level di atas Rp16.000 sepekan terakhir. Mengutip keterangan tertulis Bank Indonesia (BI) kemarin (31/5/2024), rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.255 per dolar AS, Kamis (30/5/2024). Sedangkan pada pembukaan Jum’at (31/5/2024) rupiah dibuka sedikit menguat pada level (bid) Rp16.250. Kendati menguat saat penutupan ke level Rp16.241, rupiah masih anteng di level di atas Rp16.000.
Para pengamat menyebut kemungkinan rupiah akan lebih lama bertahan di atas Rp16.000 menyusul meningkatnya inflasi di AS, yang membuat penurunan bunga The Fed makin tidak pasti, dan kian memanasnya tensi geopolitik global. Itu tergambar antara lain dari menguatnya DXY atau indeks pergerakan USD terhadap 6 mata uang negara utama lainnya ke level 104,72. Sedangkan yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury note), untuk periode 10 tahun naik ke level 4,546% pada 30 Mei 2024.
Baca juga: Modal Asing Deras Lagi Masuk, Kurs Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000
Karena rupiah melemah, yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia 10 tahun pun naik ke level 6,95%, sebelum sedikit turun ke level 6,90% saat penutupan perdagangan Jum’at kemarin. Begitu pula premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun, per 30 Mei 2024 tercatat 71,77 bps, meningkat dibanding 24 Mei 2024 sebesar 71,44 bps.
Modal asing (portofolio) masih ramai mengalir ke Indonesia. Tapi kali ini tidak berpengaruh terhadap penguatan rupiah. Sepanjang 27-30 Mei 2024 nonresiden (asing) tercatat melakukan beli neto Rp4,75 triliun. Terdiri dari beli neto Rp3,31 triliun di pasar SBN, beli neto Rp6,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan jual neto Rp4,75 triliun di pasar saham.