URBANCITY.CO.ID – Arus masuk keluar modal asing portofolio lazimnya sangat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD). Bila modal asing itu mencatat net inflow (beli neto atau arus masuk), rupiah pun menguat. Tapi bila mencatat net outflow (jual neto atau arus keluar), rupiah terdepresiasi.
Tapi, kali ini situasinya berbeda. Berdasarkan data transaksi 9-12 Desember 2024, Bank Indonesia melaporkan melalui keterangan resmi, Jum’at (13/12/2024), nonresiden (asing) tercatat beli neto Rp7,33 triliun.
Terdiri dari jual neto Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto Rp8,84 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Bahkan, selama tahun kalender 2024 (year to date atau ytd), berdasarkan data setelmen s.d. 12 Desember, modal asing masih mencatat net inflow Rp22,78 triliun di pasar saham, Rp38,63 triliun di pasar SBN, dan Rp171,36 triliun di SRBI.
Sementara selama semester dua saja (Juli-12 Desember) II 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp22,78 triliun di pasar saham, Rp72,59 triliun di pasar SBN, dan Rp41,01 triliun di SRBI.
Namun semua itu tiak membuat rupiah menguat, tapi sebaliknya makin melemah. Pada akhir perdagangan Jum’at (13/12/2024), rupiah ditutup di level Rp15.990 per USD, jauh merosot dibanding Jum’at pekan lalu yang masih tercatat Rp15.865/USD.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pasca kemenangan Donald Trump, dolar AS memang terus menguat dan yield (imbal hasil) surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note naik.