Dari situlah kemudian Syekh Kudus Janapura mengabadikan nama putrinya dengan mengganti nama Tanjung Suwung menjadi Tanjung Sundari.
“Sebagai bentuk rasa cinta kepada putrinya, wilayah ini dinamakan pendukuhan Dewi Sundari. Lama-kelamaan, sebutan itu berubah menjadi Sedari seperti yang kita kenal sekarang,” jelas Bisri.
Seiring waktu, Tanjung Sundari berubah menjadi Tanjung Sadari, dan pada tahun 1967 resmi menjadi Desa Sedari.
Kini, menurut Bisri, Desa Sedari yang memiliki luas sekitar 3.889 hektare dengan jumlah penduduk sekitar 5.800 jiwa, terus berkembang bukan hanya sebagai kawasan bersejarah, tetapi juga sebagai desa wisata dengan berbagai daya tarik: pantai, mangrove, wisata sungai, hingga religi.
“Nama Sedari bukan sekadar sebutan, tetapi jejak panjang sejarah penyebaran Islam dan bukti cinta seorang ayah kepada putrinya,” pungkas Bisri. [Sulton]