Terlihat dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru triwulan I 2025 sebesar 82,3 persen. Jauh lebih rendah dibanding SBT triwulan IV 2024 sebesar 97,9 persen.
SBT adalah jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya (total 100 persen), selanjutnya dihitung
selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.
“Kebijakan penyaluran kredit pada triwulan satu 2025 diprakirakan masih sama ketatnya dengan triwulan
sebelumnya. Terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan satu 2025 yang bernilai positif sebesar 0,2,” tulis hasil Survei Perbankan BI tersebut.
Baca juga: BI Guyur Insentif Likuiditas Hampir Rp300 Triliun untuk Dorong Penyaluran Kredit
Standar penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat pada triwulan I 2025 itu, terjadi pada kredit investasi. Sementara kredit lain terindikasi tidak lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Penyaluran kredit oleh perbankan diprakirakan lebih ketat menyangkut plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi kredit berisiko,” tulis survei BI.
Masih ketatnya penyaluran kredit pada triwulan satu 2025 itu selaras dengan penghimpunan DPK perbankan periode yang sama, yang diprakirakan melambat dibanding triwulan sebelumnya.
Terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 68,8 persen, jauh lebih rendah dibanding SBT 89,3 persen pada triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan DPK itu diprakirakan terjadi pada seluruh instrumen, baik tabungan (SBT 63,8 persen), giro (SBT 73,2 persen) maupun deposito (SBT 80,1 persen).