Ada pula konsep desain bioklimatik, yang menyelaraskan desain ruang dengan iklim mikro di sekitar bangunan. Fokus desain, mereduksi konsumsi energi konvensional, digantikan energi hijau seperti solar panel dan sejenisnya.
Belakangan muncul teknologi 3D printing yang memungkinkan pembangunan rumah jauh lebih cepat, sehingga mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon.
Di luar itu mencuat pula gagasan penggunaan material bangunan yang mampu mengurangi carbon footprint, dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Misalnya, dengan mengoptimalkan penggunaan bahan bangunan lokal, atau menggunakan bahan bangunan yang diproduksi secara lebih ramah lingkungan.
Viviane berpendapat, desain rumah tropis sebaiknya memang menggunakan material yang berkelanjutan. Contohnya, clay (tanah lempung) yang adem dan mudah dibentuk, dan natural fiber.
Sammy menambahkan, perlunya kreatifitas dan sikap bijak dalam penggunaan bahan dalam mendesain rumah tropis sehingga tidak over design.
Berkaitan dengan penggunaan material, Rogier mengklaim produk-produk Coulisse dirancang sebagai respon terhadap tiga isu: climate change, the rise of tech, dan well being.
Berdasarkan tiga isu itu, Coulisse merumuskan tiga pilar dalam mendesain produknya: smart & functional, beauty and well being, dan impact of the planet.
“Produk Coulisse harus mudah dioperasikan dan membuat nyaman, terbuat dari kain yang indah yang terinspirasi dari alam, dan diproduksi dengan memperhatikan dampaknya terhadap alam,” jelas Rogier.
Baca juga: Elmes Jepang Produksi dan Pasarkan Lever Handle Karya Desainer Indonesia