URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan BI Rate dari 6 perseb menjadi 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, 14-15 Januari 2025.
Keputusan yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi itu terbilang berani, karena diambil BI saat rupiah terus melemah terhadap dolar AS (USD) seperti kebanyakan mata uang negara lainnya. Dolar AS begitu perkasa sebulan terakhir karena ekonomi AS yang terus menguat dan faktor Trump.
Banyak pengamat menyatakan, keputusan BI itu akan makin melemahkan nilai tukar rupiah terhadap USD. Pendapat para pengamat itu terbukti.
Pada akhir perdagangan Kamis (16/1/2025), seperti dikutip keterangan tertulis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Jum’at (17/1/2025), rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.355 per USD.
Melemah dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan sebelumnya (9/1/2025) yang tercatat di level (bid) Rp16.195 per USD.
Data surplus neraca perdagangan yang berlanjut, cadangan devisa yang besar, inflasi yang rendah, kenaikan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun ke 7,17 persen, penurunan indeks dolar ke level 108,96, dan penurunan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) Note 10 tahun ke 4,613 persen, tidak mampu mengangkat rupiah.
Pada awal perdagangan Jumat (17/1/2025), rupiah dibuka menguat ke level (bid) Rp16.280 per USD dibanding sehari sebelumnya, sedangkan yield SBN 10 tahun turun ke 7,13 persen.
Namun pada penutupan perdagangan hari yang sana, kurs rupiah makin terpuruk ke level Rp16.380 per USD (Bloomberg), atau Rp16.360 (Yahoo Finance), atau Rp16.373 (Jisdor). Merosot dibanding akhir perdagangan Jum’at pekan lalu (10/1/2025) dan Jum’at pekan sebelumnya lagi (3/1/2025) yang tercatat Rp16.190 per USD.