Sebagai langkah strategis ke depan, BNI akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kebutuhan kredit berbasis valas dan terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah, sambil terus menjaga kualitas portofolio kredit valas.
“Selain itu, BNI juga menerapkan manajemen risiko yang ketat dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia mulai dari pergerakan nilai tukar hingga suku bunga ke depan,” tambah Royke.
Baca Juga: BNI Bantu Produk UMKM Specialty Coffee Tembus Pasar Amerika
Kredit Tumbuh Sehat
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, fundamental BNI terbukti solid dalam melewati tantangan kuartal I-2024 yang dipengaruhi faktor eksternal. BNI juga telah melakukan berbagai langkah antisipatif dalam mengelola risiko yang terkait dengan tekanan inflasi, fluktuasi nilai tukar, dan tekanan suku bunga.
Mengawali tahun 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta sebesar Rp272,1 triliun atau tumbuh 14% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. BNI juga mencatat penyaluran kredit ke BUMN sebesar Rp102,7 triliun atau tumbuh 23% dibandingkan kuartal I-2023.
Pada segmen kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya) juga tumbuh 10,3% YoY menjadi Rp60,1 triliun. Adapun Kredit Tanpa Agunan tumbuh 17% YoY menjadi Rp52,1 triliun. Sementara itu, pertumbuhan Kartu Kredit juga mencapai 10,4% YoY menjadi Rp14,2 triliun.
“Kami melihat seluruh sektor mampu tetap tumbuh positif, berkualitas, dan resilient dengan fokus pada sektor perdagangan di tengah tekanan geopolitik global, nilai tukar, inflasi serta kenaikan suku bunga,” ujar Novita.