URBANCITY.CO.ID – Indeks Keyakinan Industri (IKI) Agustus 2024 stagnan di angka 52,4 dipengaruhi faktor eksternal. Antara lain pelemahan PMI (Purchasing Manager’s Index) negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, Amerika Serikat dan India, serta kecenderungan kenaikan harga gas dunia.
Selain itu juga karena penurunan Indeks Penjualan Riil Juli 2024, kemungkinan penurunan pengadaan barang jasa pemerintah, serta kondisi China yang dihadapkan pada peningkatan tingkat pengangguran dan risiko disinflasi.
Sementara secara internal, penyebabnya terkait pelemahan beberapa sektor ekonomi seperti properti, maraknya produk impor yang harganya lebih murah, serta penurunan daya beli.
Hal itu dinyatakan Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif, saat merilis IKI Agustus 2024 di Bogor, Kamis (29/8/2024).
“Penurunan daya beli mendorong konsumen memilih produk impor yang harganya lebih ekonomis. Apalagi, beberapa skema kerja sama seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) cenderung lebih menguntungkan produsen luar negeri,” katanya seperti dikutip keterangan tertulis Kemenperin.
Baca juga: Industri Pengolahan Belum Pede Tambah Produksi, Kontraksi Berlanjut
Febri menjelaskan, pertumbuhan industri pengolahan berkaitan erat dengan daya beli masyarakat, karena mayoritas industri masih mengandalkan pasar dalam negeri.
Berdasarkan hasil analisis tim IKI Kementerian Perindustrian, pelemahan daya beli khususnya di dalam negeri, masih membayangi pertumbuhan industri pengolahan.