Sementara Prof. Sudaryanto, Guru Besar Ekonomi Internasional, Institut Koperasi Moskow Rusia menekankan bahwa etika universal dalam hal ini kemanusiaan, keadilan, dan keserbagunaan, harus menjadi dasar bagi setiap kebijakan bisnis global.
“Dalam masyarakat modern yang kian terdigitalisasi, nilai-nilai kemanusiaan jangan sampai tergerus oleh logika efisiensi ekonomi,” tegasnya.
Ia juga menyoroti tantangan baru di era global, termasuk praktik bisnis lintas negara, media digital, dan perubahan budaya yang cepat.
Menurutnya, perusahaan yang gagal menjaga integritas tidak hanya kehilangan kepercayaan publik, tetapi juga menghadapi risiko reputasi dan hukum di tingkat internasional.
Baca juga: Disdik DKI Tegaskan Wisuda Bukan Kegiatan Wajib, Sekolah Dilarang Lakukan Pungutan
Dalam paparannya, Assoc. Prof. Dr. Pandoyo menyoroti pentingnya Good Corporate Governance (GCG) sebagai fondasi integritas korporasi.
Ia menjelaskan lima prinsip utama GCG, yakni transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan (TARIF). Prinsip ini menurutnya menjadi “pilar etika” bagi dunia usaha modern.
“Integritas bukan slogan, tapi sistem nilai yang harus menjiwai setiap keputusan bisnis,” kata Pandoyo.
Ia juga menekankan bahwa pendidikan etika di perguruan tinggi perlu diperkuat untuk membangun generasi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati sosial dan moralitas publik.
Pandoyo menyoroti pula pentingnya etika digital dan kecerdasan buatan (AI) di era baru. Ia menyebut penyalahgunaan data dan bias algoritmik sebagai ancaman serius terhadap keadilan sosial.
“Teknologi harus tetap manusiawi. AI seharusnya memperkuat kemanusiaan, bukan menggantikannya,” ujarnya, merujuk pada skandal penyalahgunaan data Cambridge Analytica–Facebook sebagai pelajaran global.






