Kedua pembicara sepakat bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tak boleh diperlakukan sebagai kewajiban administratif semata.
CSR harus menjadi “cermin integritas perusahaan”, yang menunjukkan sejauh mana bisnis berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Baca juga: KJP Plus Tahap II Cair Mulai 8 April 2025
Pendidikan pun, kata Pandoyo, memainkan peran penting dalam menanamkan nilai etika sejak dini. Universitas seperti Harvard Business School dan Universitas Indonesia kini menjadikan Business Ethics sebagai bagian wajib kurikulum MBA, tren yang diharapkan juga diperkuat di Indonesia.
Rektor UIC: Etika Bisnis Adalah Fondasi Harmoni Sosial
Dalam sambutan pembuka, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Dr.Rahmah Marsinah SH,MH menegaskan bahwa etika bisnis merupakan fondasi keberlanjutan ekonomi dan harmoni sosial.
Ia berharap seminar ini menjadi wadah inspiratif bagi para akademisi dan mahasiswa dalam memperluas wawasan serta melahirkan solusi nyata bagi tantangan global.
“Melalui kolaborasi lintas negara dan budaya, kita memperkuat nilai universal: kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial,” ungkap Rahmah.
Sementara, Dekan FSEB Universitas Ibnu Chaldun, Drs. Dahri Zaenal, M.Si menegaskan bahwa di era persaingan tanpa batas, etika dan integritas menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan bisnis.
Baca juga: Batak dan Minangkabau, Suku dengan Persentase Sarjana Terbanyak
“Tanpa etika, bisnis kehilangan arah. Tanpa integritas, kepercayaan publik runtuh. Padahal kepercayaan adalah mata uang utama dalam dunia bisnis modern,” ujarnya.






