<section id="content"> <div class="row"> <div class="col-md-8 berita-detil"> <div class="title"><strong>URBANCITY.CO.ID</strong>- Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah (PDITT) mengadakan diskusi terkait kondisi layanan kesehatan syariah di Indonesia pada Selasa (22/7). Dalam forum ini, turut berkembang sebuah gagasan awal mengenai pendirian Rumah Sakit Indonesia berbasis syariah di Jeddah, Arab Saudi sebagai bagian dari upaya penguatan ekosistem kesehatan syariah nasional.</div> <div class="content"> Turut hadir dalam diskusi Direktur Infrastruktur Ekosistem Ekonomi Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat beserta jajaran, serta Ketua Bidang Organisasi Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah (PDITT), Lucky Sarjono Buranda beserta jajaran. Lucky Sarjono Buranda selaku Ketua Bidang Organisasi Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah (PDITT) menyatakan bahwa rumah sakit ini diperkirakan dapat melayani sekitar 400.000 diaspora Indonesia yang tinggal di wilayah Jeddah dan sekitarnya. Direktur Infrastruktur Ekosistem Ekonomi Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat, menyambut ide tersebut sebagai inspirasi awal yang menarik dan layak dikaji lebih lanjut. <strong>Baca juga: <a href="https://urbancity.co.id/kneks-dan-brin-resmi-tandatangani-perjanjian-kerja-sama-strategis-di-bidang-riset-ekonomi-syariah/">KNEKS dan BRIN Resmi Tandatangani Perjanjian Kerja Sama Strategis di Bidang Riset Ekonomi Syariah</a></strong> “Gagasan ini juga membuka peluang investasi dan ekspansi industri halal Indonesia di Timur Tengah,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa potensi pasar layanan kesehatan halal di Jeddah, yang diperkirakan bernilai lebih dari Rp5 triliun per tahun, dapat menjadi gerbang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam ekosistem kesehatan syariah global.<!--nextpage--> Forum juga mencermati meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan yang responsif dan sesuai prinsip Islam. Data menunjukkan bahwa selama musim haji 2025, sebanyak 381 jemaah wafat, dan hampir separuhnya merupakan warga negara Indonesia. Fakta ini memperkuat urgensi kehadiran fasilitas kesehatan yang profesional, berstandar tinggi, dan sesuai nilai-nilai syariah. Lebih dari sekadar solusi sosial, layanan kesehatan berbasis syariah juga dipandang memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Proyeksi pasar layanan ini yang melampaui Rp5 triliun per tahun di kawasan Jeddah membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menempatkan diri sebagai pionir dalam diplomasi kesehatan syariah, sekaligus memperluas kontribusi ekonomi halal Indonesia di panggung global. Gagasan pendirian Rumah Sakit Indonesia berbasis syariah di Jeddah mencakup konsep rumah sakit terpadu (<strong><em>one-stop sharia hospital</em></strong><strong>)</strong> yang mengintegrasikan layanan rawat jalan, rawat inap, farmasi halal, serta skema pembiayaan kesehatan berbasis takaful. <strong>Baca juga: <a href="https://urbancity.co.id/danantara-apresiasi-peluncuran-transformasi-culture-brilian-way-fondasi-bri-jadi-bank-paling-menguntungkan-di-asia-tenggara/">Danantara Apresiasi Peluncuran Transformasi Culture BRILiaN Way, Fondasi BRI Jadi Bank Paling Menguntungkan di Asia Tenggara</a></strong> Fasilitas ini dirancang untuk menjawab kebutuhan kesehatan yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia di luar negeri, khususnya di kawasan Tanah Suci. Selain itu, Rumah Sakit Indonesia berbasis syariah di Jeddah diharapkan mampu menjawab kebutuhan jutaan jemaah asal Indonesia yang setiap tahunnya menjalankan ibadah ke Tanah Suci. Pada tahun 2025, kuota haji Indonesia mencapai 221.000 orang dan jumlah jemaah umrah dari Indonesia sepanjang 2024 tercatat lebih dari 1,4 juta jiwa.<!--nextpage--> </div> </div> </div> </section>