URBANCITY.CO.ID – Grab Indonesia baru-baru ini menolak tuntutan dari komunitas ojek online (ojol) yang tergabung dalam Garda Indonesia. Mereka meminta agar potongan komisi untuk aplikator dibatasi maksimal 10 persen. Namun, Grab berpendapat bahwa tuntutan tersebut tidak sejalan dengan prinsip keberlanjutan ekosistem transportasi online secara keseluruhan.
Saat ini, setiap aplikator memiliki skema potongan tarif yang berbeda-beda. Untuk Grab sendiri, potongan yang diterapkan adalah sebesar 20 persen. Menanggapi hal ini, Tirza Munusamy, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, meminta para mitra pengemudi yang tidak setuju dengan kebijakan potongan komisi Grab untuk mencari aplikator lain yang mungkin menawarkan skema komisi yang lebih rendah.
“Saat ini, tersedia berbagai platform layanan di pasar, termasuk yang menawarkan skema komisi lebih rendah dari 20 persen. Dalam ekosistem yang terbuka dan kompetitif ini, setiap mitra memiliki keleluasaan untuk memilih platform yang paling sesuai dengan harapan dan kebutuhannya,” kata Tirza dalam pernyataan resmi yang diterima oleh Metrotvnews.com pada Selasa, 22 Juli 2025.
Tirza juga menambahkan bahwa menaikkan tarif layanan transportasi online lebih masuk akal daripada mengurangi potongan komisi aplikator. Hal ini dianggap lebih mendorong kesejahteraan para mitra pengemudi. “Grab percaya dalam lanskap tersebut, kualitas layanan, keberlanjutan dukungan, dan komitmen terhadap kesejahteraan mitra akan menjadi faktor pembeda yang utama,” ujarnya.
Baca Juga : PGN Percepat Target Dekarbonisasi, Jargas Jadi Salah Satu Andalan
Tirza menjelaskan bahwa Grab terus berkoordinasi dengan instansi pemerintah, terutama Kementerian Perhubungan (Kemenhub), untuk mendukung kebijakan yang mengutamakan kesejahteraan mitra pengemudi, kenyamanan pengguna, dan keberlangsungan industri secara keseluruhan.
Ia juga menekankan bahwa sudah lebih dari tiga tahun tarif ojol tidak mengalami kenaikan. “Selama lebih dari tiga tahun terakhir, belum ada penyesuaian biaya jasa yang signifikan. Sementara di lapangan, mitra pengemudi menghadapi peningkatan biaya hidup dan operasional,” tuturnya.
Tirza menambahkan, “Kami percaya wacana ini perlu dikaji secara menyeluruh dan proporsional karena Grab menyadari, baik pengguna maupun mitra pengemudi, memiliki kebutuhan dan preferensi yang beragam.”