URBANCITY.CO.ID – Konsultan properti Cushman & Wakefield dalam “Analisis 2024 dan Proyeksi 2025″ yang dirilis pekan lalu menyebutkan, pasokan kumulatif perumahan di Jabodetabek tahun 2024 mencapai 442.509 unit dengan tingkat penjualan proyek berjalan mencapai 94,5 persen.
Tahun ini pasokan perumahan tapak diproyeksikan relatif stabil, meskipun terdapat tantangan dari sisi ekonomi dan kebijakan fiskal seperti kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Cushman memperkirakan tahun ini pengembang di Jabodetabek akan lebih fokus mengembangkan perumahan untuk segmen menengah dan menengah ke bawah, didukung oleh program pemerintah seperti subsidi KPR, dan insentif free PPN atau PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Tahun 2025 segmen rumah menengah ke bawah (harga rumah Rp600 jutaan) dan menengah (harga rumah Rp1 miliaran) diprediksi tetap prospektif,” tulis Cushman.
Faktor utama yang mendukung termasuk meningkatnya daya beli masyarakat kelas menengah, kebutuhan akan hunian pertama, serta dukungan pembiayaan seperti KPR dan program subsidi pemerintah.
Meskipun ada kenaikan PPN 12 persen, pemerintah tetap memberikan insentif dan program subsidi untuk membantu kepemilikan rumah, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Baca juga: Di 4 Kota Ini Kenaikan Harga Rumahnya Jauh di Atas Inflasi
Rata-rata harga tanah perumahan di Jabodetabek diproyeksikan mengalami kenaikan 3-4 persen tahun ini menjadi Rp13,2 juta/m2.
Perkembangan infrastruktur berperan dalam mendorong kenaikan harga tersebut, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan nilai properti.