URBANCITY.CO.ID – Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan yang besar pada November 2024, senilai USD4,4 miliar (sekitar Rp70 triliun).
Melonjak dibanding Oktober 2024 yang tercatat USD2,48 miliar, dan merupakan yang tertinggi selama 8 bulan terakhir.
Pada September 2024 surplus neraca perdagangan tercatat USD3,23 miliar, Agustus 2024 USD2,90 miliar, Juli USD0,47 miliar, Juni USD2,39 miliar, Mei USD2,93 miliar, dan April USD2,72 miliar.
Dengan surplus November 2024 itu, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus November hanya sedikit di bawah surplus neraca perdagangan Maret yang tercatat USD4,5 miliar.
Surplus neraca perdagangan menunjukkan ekspor lebih tinggi daripada impor, bergairahnya manufaktur ekspor di dalam negeri, dan lazimnya meningkatkan cadangan devisa dan memperkuat nilai tukar mata uang sebuah negara.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Senin (16/12/2024), surplus besar pada November 2024 itu terjadi karena merosotnya nilai impor, disumbang terutama oleh penurunan tajam impor migas. Ekspor juga menurun pada November secara bulanan, tapi tipis saja.
Nilai ekspor November 2024 mencapai USD24,01 miliar, turun 1,70 persen dibanding Oktober 2024 (mtm), namun meningkat 9,14 persen dibanding November 2023 (yoy).
Ekspor nonmigas mencapai USD22,69 miliar, turun 1,67 persen dibanding Oktober 2024 (mtm) tapi naik 9,54 persen dibanding November 2023 (yoy).
Secara kumulatif, ekspor Indonesia Januari–November 2024 mencapai USD241,25 miliar, naik 2,06 persen dibanding Januari-November 2023. Dari jumlah itu, ekspor nonmigas tercatat USD226,91 miliar atau naik 2,24 persen.