URBANCITY.CO.ID – Indonesia Akan Ekstraksi LPG. Keinginan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia untuk menekan angka impor LPG (Liquefied Petroleum Gas) sangat menarik.
Bahlil beralasan, pengembangan hilirisasi LPG untuk bisa menekan laju angka impor gas minyak cair itu, menjadi salah satu pekerjaan rumah yang diamanahkan oleh Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.
Menyikapi hal tersebut, Ketua dan Founder Energy Institute for Transtition (EITS) Godang Sitompul meminta Bahlil untuk mencermati terlebih dulu data konsumsi LPG di Indonesia plus nilai impornya.
Data menunjukkan bahwa konsumsi LPG di Indonesia sudah melebihi 8 juta ton per tahun. Pada tahun 2023, realisasi konsumsi LPG bersubsidi mencapai sekitar 8,07 juta ton dan kuota untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai 8,12 juta ton.
Baca Juga: Gawat! Pasokan LPG 3 Kg di Pulau Sumbawa Kurang?
Dari nilai tersebut, sebanyak 6,95 juta ton atau lebih dari 85% diperoleh dari sumber impor. “Jika dihitung dengan harga LPG 580 USD/ton dengan kurs Rp 16.000 per USD, maka nilai impor LPG mencapai Rp 64 triliun,” kata Godang dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 25 Agustus 2024.
Itu sebabnya, lanjut Godang, gas alam (natural gas) bisa diekstraksi menjadi LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG terutama terdiri dari propana dan butana, yang merupakan komponen-komponen hidrokarbon dalam gas alam.
“Hilirisasi lapangan-lapangan (terindikasi mengandung LPG) agar segera melakukan Upaya-upaya proses produksi LPG, seperti yang ditemukan di Wilayah Kerja North Ganal sumur Geng North-1 bisa diolah menjadi LPG di Kilang Gas Bontang Badak NGL, Kalimantan Timur,” jelas Godang.