Sedangkan ekspansi industri minuman melambat, terkait rencana pemberlakuan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan. Pada industri elektronika dan kosmetik, perlambatan tampak dari rendahnya utilisasi akibat maraknya produk impor.
Baca juga: PMI Bank Indonesia Menunjukkan, Kinerja Industri Pengolahan Memang Merosot
Namun beberapa faktor disebut Kemenperin memberikan angin segar terhadap IKI Agustus 2024. Antara lain menurunnya tren inflasi, kenaikan PMI (Purchasing Manager’s Index) Jepang, mulai tingginya capital inflow, ekspektasi penurunan bunga The Fed, dan kenaikan ekspor sektor industri Juli 2024.
Kemudian, kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2024, pertumbuhan realisasi investasi semester I 2024 sebesar 22,3 persen (yoy), dampak musiman perayaan HUT Kemerdekaan RI, dampak ekonomi dari persiapan Pilkada serentak, kenaikan Indeks Harga Saham Manufaktur, serta penurunan tarif kontainer shipping global.
Angin segar itu tercermin pada persepsi responden yang menyatakan kegiatan usahanya meningkat pada Agustus 2024, naik 4,1 persen dari 30,7 menjadi 34,8 persen. Sedangkan yang menyatakan kegiatan usahanya stabil menurun dari 45,9 menjadi 44,3 persen.
“Responden yang menjawab kegiatan usahanya meningkat dan stabil pada Agustus 2024 mencapai 79,1 persen, dibanding 76,6 persen pada Juli 2024. Tertinggi sejak IKI dirilis (pertengahan 2023),” jelas Febri.
Sementara responden yang menjawab kegiatan usahanya menurun pada Agustus 2024 mencapai 20,9 persen, dibanding 23,3 persen pada Juli 2024. Angkanya terus menurun sejak lima bulan terakhir.