Antara lain karena ukuran apartemen lebih mungil ketimbang rumah tapak dengan harga yang sama, tingginya service charge (IPL) di apartemen ketimbang rumah tapak, budaya orang Indonesia yang merasa belum afdol kalau huniannya tidak punya tanah, dan harga apartemen yang lebih tinggi dibanding rumah tapak dalam meter persegi (m2).
Baca juga: 10.000 Unit Apartemen di Jakarta Berpotensi Dapat Insentif PPN
Kalaupun harga apartemen mirip-mirip dengan rumah tapak, orang tetap lebih memilih rumah tapak karena mobilitasnya lebih mudah dan ada parkirnya. Di apartemen juga ada parkir mobil, tapi ada rasionya. Misalnya, satu lot parkir untuk setiap 2-4 unit apartemen.
“Jadi, untuk dibeli orang lebih memilih rumah tapak, sedangkan apartemen kalaupun banyak yang nyari, lebih untuk disewa,” jelas Steven. Pernyataan Steven dikonfirmasi oleh Faizal. Ia menyebutkan, di Rumash123 orang mencari apartemen lebih untuk disewa ketimbang dibeli.
Selain itu PPN DTP lebih berdampak terhadap penjualan rumah tapak, karena saat ini apartemen over supply. Jadi, pasar yang akan memanfaatkan insentif itu kecil. Karena hanya berlaku untuk rumah tapak yang baru, secara otomatis insentif PPN DTP itu juga mempengaruhi pasar rumah seken.
Orang lebih terdorong membeli rumah baru siap huni ketimbang rumah seken. Sebelumnya konsultan properti Colliers Indonesia menyebut di Jabodetabek terdapat lebih dari 10.600 unit apartemen siap huni yang bisa memanfaatkan insentif PPN DTP.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS