“Perusahaan bagus sekalipun, jika valuasinya terlalu mahal, saya tidak akan membelinya. Saya hanya bersedia membeli perusahaan bagus di harga wajar, atau jika bisa, saat harga diskon,” tambahnya.
Kriteria terakhir yang tidak kalah penting adalah dividend yield. Menurut Lo, dividend yield yang tinggi sangat menarik karena memberikan keuntungan pasif bagi investor.
Baca Juga: BNI Dorong Daya Saing Bisnis dengan Transformasi Digital Berbasis AI dan Cloud
“Jika dividend yield-nya besar, tentu saya sangat tertarik. Dividen besar setiap tahun sangat menguntungkan bagi para investor,” kata Lo.
Oleh karena itu, Lo Kheng Hong menekankan pentingnya berinvestasi di perusahaan pemilik kriteria-kriteria tersebut yang dinamakan sebagai “‘wonderful company’.
Lo Kheng Hong menyebutkan contoh wonderful company tentu saja perbankan yang besar, termasuk BNI. “BNI adalah contoh wonderful company. Laba perusahaan ini besar, dan setiap tahun terus bertumbuh semakin besar,” ungkapnya.
Dorong Likuiditas Pasar Modal
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Wholesale and International Banking BNI Agung Prabowo menekankan pentingnya keberadaan perusahaan besar yang sehat, seperti BNI, dalam mendukung likuiditas pasar modal di Indonesia.
Baca Juga: BNI Relokasi KLN Singapura ke Lokasi Strategis di Raffles Place
Menurutnya, perusahaan yang sehat menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi melalui pasar modal yang likuid.
“Peran pasar modal dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat krusial. Kita perlu memperkuat likuiditas pasar modal, dan BNI berkomitmen untuk terus memberikan kinerja yang baik bagi para pemangku kepentingan,” jelas Agung.