URBANCITY.CO.ID – Direktur Jakarta Institute, Agung Nugroho, menegaskan pentingnya masyarakat Jakarta segera beralih menggunakan air perpipaan PAM Jaya dan meninggalkan ketergantungan pada air tanah maupun air isi ulang. Menurutnya, dari sisi ekonomi, kesehatan, hingga lingkungan, pilihan paling rasional adalah menggunakan layanan PAM Jaya.
“Banyak warga mengira pakai sumur pompa lebih hemat. Padahal biaya listrik pompa bisa mencapai Rp150 ribu–Rp200 ribu per bulan, belum lagi biaya pengeboran sumur yang jutaan rupiah dan filter tambahan karena kualitas air tanah makin buruk,” ujar Agung dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/9).
Ia menegaskan tarif PAM Jaya jauh lebih murah. Per Januari 2025, harga air hanya sekitar Rp1.000 per meter kubik (m³) untuk golongan sosial dan rumah tangga sederhana dengan Kartu Air Sehat. “Kalau dihitung per liter, hanya Rp0,001. Bahkan untuk rumah tangga menengah yang tarifnya Rp6.825 per m³, tetap tidak sampai Rp0,007 per liter. Jadi jelas lebih murah dibanding listrik pompa atau beli air isi ulang,” kata Agung.
Jakarta Institute mencatat, biaya air isi ulang berkisar Rp18 ribu–Rp25 ribu per galon 19 liter. Dengan konsumsi 15 galon sebulan, pengeluaran bisa mencapai Rp270 ribu–Rp375 ribu. Jika menggunakan air kemasan bermerek, biaya bisa melampaui Rp600 ribu per bulan.
Dari sisi kesehatan, Agung menilai air tanah Jakarta tidak lagi layak konsumsi karena banyak tercemar limbah, bakteri, dan intrusi air laut. Begitu pula depot air isi ulang yang kerap tidak memenuhi standar sanitasi.