URBANCITY.CO.ID – Setelah menguat sejak pertengahan Juli ke level Rp16.190 per satu dolar AS (USD), akhir pekan ini (26/7/2024) rupiah kembali melemah.
Pelemahan terutama dipicu oleh ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang makin baik, dan potensi kian memanasnya perang dagang AS-China.
Menurut keterangan tertulis Bank Indonesia, Jum’at (26/7/2024), pada penutupan perdagangan Kamis (25/7/2024) nilai tukar rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.245 per USD.
Pada saat bersamaan yield SBN (Surat Berharga Negara) tenor 10 tahun naik ke level 6,98 persen, DXY melemah ke level 104,36, dan yield surat berharga pemerintah AS atau US Treasury Notes 10 tahun naik ke level 4,241 persen.
DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR Eropa, JPY Jepang, GBP Inggris, CAD Kanada, SEK Swedia, CHF Swiss).
Baca juga: Tok! BI Rate Tetap 6,25 Persen, Rupiah Pun Menguat
Pada pembukaan perdagangan Jumat, 26 Juli 2024, rupiah dibuka makin melemah di level (bid) Rp16.275, dan yield SBN 10 tahun turun 1 poin ke level 6,97 persen. Saat penutupan perdagangan sore harinya, kurs rupiah ditutup makin kendor ke level Rp16.301.
Sementara aliran modal asing, berdasarkan transaksi 22 – 25 Juli 2024 cukup baik. Nonresiden atau asing tercatat melakukan beli neto Rp1,93 triliun.
Terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,39 triliun di SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.