Acara ini juga menjadi ajang business matching antara koperasi penghasil kakao dari Bali, Sulawesi, dan NTT dengan industri cokelat artisan. Hasilnya, delapan industri cokelat artisan menjalin kemitraan dengan tujuh koperasi produsen kakao untuk penyerapan bahan baku berkualitas.
Baca Juga: PMI Manufaktur Terus Terkontraksi, Kemenperin Keukeuh Tuding Permendag 8/2024 Biang Keladinya
Putu menjelaskan bahwa penurunan produksi biji kakao telah membuat Indonesia turun dari posisi ke-4 menjadi ke-7 sebagai produsen kakao dunia, yang berdampak pada kekurangan bahan baku di industri pengolahan cokelat.
Kemenperin telah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan sektor kakao, termasuk membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk mendukung pengembangan kakao secara berkelanjutan.
“Persiapan sudah dilakukan untuk pencapaian swasembada, antara lain melalui program pengembangan SDM yang disebut Cocoa Doctor,” jelas Putu.
Pada tahun 2024, program ini berhasil melatih 37 petani Cocoa Doctor di Mars Cocoa Academy. Mereka juga telah membina lebih dari 3.700 petani lainnya.
Program TRACTIONS melibatkan organisasi seperti Rainforest Alliance, Rikolto, dan Valrhona, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao serta pendapatan petani.
Baca Juga: Mendag Berjanji Pemerintah Akan Sejahterakan Petani Kakao
“Harapannya, kegiatan ini dapat mempertemukan koperasi dengan pemerintah dan perusahaan cokelat untuk meningkatkan produksi dan pemasaran kakao premium,” kata Lukmansyah, Cocoa Team Manager Rainforest Alliance.