URBANCITY.CO.ID – Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) November 2024 yang dirilis akhir pekan ini melaporkan, ketidakstabilan geopolitik di beberapa negara utama di Asia dan Eropa, serta Timur Tengah dan Ukraina, telah meningkatkan risiko geopolitik global.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS juga berpotensi memicu perang dagang antara AS dan negara-negara anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Namun, OJK berpendapat, secara umum kinerja perekonomian global masih lebih baik dari ekspektasi di mayoritas negara utama.
Di AS, indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik kembali menguat, membuat tekanan inflasi meningkat lagi.
Di Tiongkok, kinerja sektor produksinya kembali meningkat, kendat tekanan demand masih berlanjut. Indikator ekonomi Eropa juga cenderung membaik.
Perkembangan itu mendorong bank sentral global lebih hati-hati melonggarkan kebijakan moneternya, sehingga ekspektasi terminal rate suku bunga kebijakan meningkat.
Dampaknya, investor cenderung menarik dananya dari emerging market termasuk Indonesia untuk dipindahkan ke dolar AS, sehingga mendorong pelemahan mayoritas pasar emerging market baik dalam saham, obligasi maupun nilai tukar.
Baca juga: OJK: Investor di Pasar Modal Sudah 13,43 Juta, 55 Persen Kaum Milenial
Bursa saham Indonesia misalnya, November 2024 (per 29 November) melemah 6,07 persen secara bulanan (mtd) ke level 7.114,27, dan 2,18 persen secara tahun kalender (ytd).
Nilai kapitalisasi pasar saham tercatat Rp12.000 triliun, turun 5,48 persen mtd kendati secara ytd naik 2,87 persen.