Rasa senang serupa disampaikan Jhoni Yunus, penghuni Huntap Palu yang lain. Pria 50 tahun yang akrab disapa Papauto itu bercerita, saat gempa 2018 rumah yang dia tinggali mengalami likuifaksi.
Tanah tempat rumahnya berdiri mengalami pergeseran sehingga roboh dan hancur. Dia juga kehilangan anak laki-laki yang saat itu berada di sekolah.
“Kami sekeluarga sangat berterimakasih kepada pemerintah yang telah membangun hunian yang layak untuk kami. Fasilitas berupa saluran air bersih, jalan yang bagus, juga membuat kita merasa nyaman (meninggali rumahnya),” katanya.
Baca juga: Pemerintah Serahkan 655 Rumah Korban Gempa Palu
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menyebutkan, pembangunan hunian bagi korban gempa Sulawesi Tengah, terealisasi berkat kolaborasi semua pihak termasuk pemerintah daerah dan masyarakat.
Pembangunan Huntap Sulawesi Tengah dilaksanakan oleh satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah, Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR bersama Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Huntap di Kota Palu terdiri dari Huntap Duyu (230 unit), Huntap Talise (599 unit), Huntap Mandiri (308 unit), Huntap Balaroa (52 unit). Di Kabupaten Sigi mencakup Huntap Pombewe (605 unit), Huntap Lambara (62 unit), Huntap Salua (63 unit).
Di Kabupaten Donggala terdiri dari Huntap Loli Tasiburi II (32 unit), Huntap Wani (73 unit), Huntap Loli Raya atau Dondo (16 unit), dan Huntap Ganti (17 unit).
Semua huntap dibangun dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Luas bangunannya 38,5 m2 satu lantai. Infrastruktur dan fasilitasnya antara lain jalan lingkungan permukiman, drainase, penerangan jalan umum, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan, ruang terbuka hijau (RTH) atau taman, jaringan air bersih beserta reservoir, sistem pengolahan air limbah domestik terpusat (SPALDT), TPS3R, dan kolam retensi.