URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) melaporkan, indeks dolar atau DXY berada di level 109,18 pada penutupan perdagangan Kamis (9/1/2025) waktu Indonesia. Angka itu bertahan sampai penutupan perdagangan, Jum’at (10/1/2025).
Dalam sebulan terakhir, Trading Economics mencatat indeks dolar menguat 2,28 persen. Namun, dibanding pekan lalu yang tercatat 109,39, DXY Jum’at tersebut melemah.
Kenaikan imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note tenor 10 tahun ke level 4,689 persen, tidak membuat DXY menguat.
DXY mengukur kekuatan dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama lainnya: euro, yen Jepang, franc Swiss, poundsterling Inggris, krona Swedia, dan dolar Kanada. Biasanya indeks dolar melemah, mata uang lain termasuk rupiah melempem.
Tapi, kali ini tidak. Indeks dolar melemah, nilai tukar rupiah terhadap USD menguat. Keterangan resmi Bank Indonesia (BI), Jum’at (10/1/2024), melaporkan, pada akhir perdagangan Kamis (9/1/2025), rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.195/USD.
Sedikit melemah dibanding akhir perdagangan Kamis pekan sebelumnya (2/1/2025) yang tercatat Rp16.190/USD. Pada pembukaan perdagangan Jum’at keesokan harinya, rupiah dibuka makin melemah ke level (bid) Rp16.210/USD.
Baca juga: Indeks Dolar Catat Rekor Tertinggi, Tapi Rupiah Tetap Menguat
Namun, pada akhir perdagangan nilai tukar rupiah ditutup menguat menjadi Rp16.190/USD, atau sama dengan akhir perdagangan Jum’at pekan sebelumnya.
Berkebalikan dengan rupiah, nilai tukar mata uang kebanyakan negara Asia lainnya melemah pada penutupan perdagangan Jum’at pekan ini.