URBANCITY.CO.ID – Tahun ini untuk pertama kali Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS).
Literasi keuangan adalah kemampuan seseorang memahami aneka produk dan layanan jasa keuangan dengan segala risikonya. Sedangkan inklusi keuangan adalah kondisi dimana masyarakat sudah terlayani oleh jasa keuangan formal.
SNLIK 2024 dilakukan 9 Januari – 5 Februari 2024 di 34 provinsi. Mencakup 120 kabupaten/kota termasuk 8 wilayah kantor OJK (1.080 blok sensus). Sampel SNLIK 2024 mencakup 10.800 responden berumur 15-79 tahun.
Metodologi dan hasil SNLIK 2024 disampaikan Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi di Jakarta, Jum’at (2/8/2024).
Hasil SNLIK 2024 mengungkapkan, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sudah lumayan, mencapai 65,43 persen. Artinya 65,43 persen penduduk Indonesia sudah memahami produk dan layanan jasa keuangan.
Sedangkan indeks inklusi keuangan 75,02 persen. Artinya lebih dari 75 persen populasi sudah mengakses atau terlayani oleh lembaga jasa keuangan formal.
“Jadi, masih ada gap antara literasi dan inklusi keuangan lebih dari sembilan persen,” kata Friderica. Gap yang jauh lebih besar terdapat pada indeks literasi dan inklusi keuangan syariah.
Setelah lebih dari 30 tahun kehadiran perbankan syariah di Indonesia, inklusi keuangan syariah masih sangat rendah, yaitu 12,88 persen. Artinya baru sekitar 12 persen populasi yang sudah terlayani atau mengakses lembaga jasa keuangan syariah.