URBANCITY.CO.ID – Serupa dengan perumahan tapak (landed residential), proyek apartemen baru nyaris seluruhnya dipasarkan inden, masih berupa gambar dengan janji serah terima sekian tahun kemudian.
Perbedaannya, sebuah klaster rumah tapak, kalaupun yang laku baru beberapa unit, pengembang tetap bisa membangun unit yang sudah terjual itu saja dulu tanpa harus menanggung kerugian.
Sebaliknya pada apartemen. Bila penjualan unitnya tidak memenuhi target, besar kemungkinan pengembangan proyek ditunda atau bahkan mandek.
Berbeda dengan rumah tapak yang bisa dibangun parsial, pembangunan apartemen harus mencakup seluruh unit tanpa kecuali baik yang laku maupun yang belum.
Itu berarti developer harus siap menanggung kerugian besar atau mengeluarkan modal besar dengan masa pengembalian yang panjang bila tetap meneruskan pembangunan, padahal unit yang terjual masih minim.
Modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan apartemen jauh lebih besar daripada perumahan tapak. Karena itu risiko membeli apartemen inden jauh lebih tinggi dibanding rumah tapak.
Pertanyaannya, kalau tetap membeli apartemen, mana yang lebih baik: membeli inden atau yang sudah jadi? Jawaban atas pertanyaan ini memang tidak bisa tegas.
Bagi pembeli bertujuan investasi (investor), membeli apartemen saat pre-launching (harga perdana) atau dalam tahap pembangunan (under construction) jelas pilihan pertama.
Alasannya, harganya masih rendah. Jadi, saat apartemennya jadi tiga tahun kemudian, harganya sudah tinggi. Bila dijual, investor langsung mendapatkan capital gain (selisih harga beli dan harga jual) yang besar.