Kalaupun tidak langsung dijual setelah apartemennya jadi tapi disewakan, balik modal dari penyewaan apartemen itu juga akan lebih cepat karena saat dibeli harganya masih rendah.
Baca juga: 10.000 Unit Apartemen di Jakarta Berpotensi Dapat Insentif PPN
Bagi konsumen yang membeli apartemen untuk dihuni sendiri (end user), membeli ala investor itu tentu saja juga menggiurkan.
Masalahnya, tidak seperti investor, end user umumnya tidak terlalu memahami dan mampu mengkalkulasi aneka risiko dari pembelian apartemen inden.
Bagaimana nanti kualitas apartemen itu setelah jadi, baik unit-unit maupun infrastruktur dan fasilitasnya? Bagaimana pula reputasi developernya, apakah cukup baik dalam memegang komitmen atau seenaknya menunda-nunda pengembangan proyek apartemennya, atau bahkan menghentikannya karena unit yang terjual tetap tidak memenuhi target?
Tony Eddy, CEO Tony Eddy and Associates (TEA), sebuah perusahaan konsultan properti di Jakarta, berpendapat paling aman dan menguntungkan tetaplah membeli apartemen yang sudah jadi. Ia mengakui, harga apartemen inden masih rendah dan nanti setelah jadi akan melonjak tinggi.
“Tapi, itu baru harga di atas kertas. Coba saja jual saat apartemennya jadi, apa betul harganya setinggi yang diperkirakan,” katanya.
Tony membenarkan, harga apartemen yang sudah jadi pasti lebih tinggi dibanding harga inden. Tapi, harga itu sudah riil dengan kualitas bangunan dan legalitas serta kondisi lingkungan sudah jelas.
Jadi, pembeli sudah bisa memperkirakan apakah apartemennya memang selaras dengan kebutuhan, selera, dan gaya hidup mereka.