Sementara itu, BI akan mengarahkan kebijakan moneter 2025 untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1%, dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.
“Bank Indonesia terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan dinamika kondisi ekonomi yang berkembang, dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga kebijakan (BI Rate) lanjutan,” ujar Gubernur Perry.
Baca juga: Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Berkurang USD1 Miliar
Perry menjelaskan, rencana operasi moneter 2025 difokuskan untuk menjaga kecukupan likuiditas sesuai dengan arah kebijakan moneter, dengan mempertimbangkan kebutuhan likuiditas karena kenaikan uang primer dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sejalan dengan itu, BI akan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder tahun 2025, dengan memperhitungkan permintaan likuiditas karena kenaikan uang primer, baik dalam bentuk uang kartal, rekening giro bank di BI, maupun SRBI yang dipegang bukan bank.
Jumlah pembelian SBN dari pasar sekunder juga mempertimbangkan perubahan likuiditas karena lalu lintas devisa dan operasi keuangan pemerintah, kenaikan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM), operasi moneter rupiah dan valuta asing, serta SBN milik BI yang akan jatuh tempo selama 2025.
Selain itu operasi moneter pro-market BI juga akan terus dioptimalkan melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan menjadikan SBN sebagai underlying asset.
Pembelian SBN dari pasar sekunder oleh BI akan dilakukan dari pelaku pasar, dan melalui mekanisme pertukaran SBN secara bilateral (bilateral debt switch) dengan pemerintah.