Sri Mulyani sendiri mengakui, seperti orang lain, dia juga banyak menerima penawaran produk keuangan dan investasi yang tidak jelas kredibilitasnya di ponselnya.
Penawaran-penawaran dari sumber yang tidak jelas itu begitu mudah masuk karena semua orang memiliki ponsel. Jadi, ponsel atau digitalisasi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi bermanfaat dan jadi teman. Di sisi lain juga bisa jadi lawan yang mencelakakan. Literasi keuangan diharapkan membantu mencegah orang tidak menjadi korban penipuan melalui ponselnya.
Baca juga: OJK: Makin Besar Janji Keuntungan, Kian Tinggi Potensi Penipuan
Kegiatan edukasi kemudian dilanjutkan dengan talkshow dipandu pengamat ekonomi Aviliani. Menghadirkan pembicara Direktur Compliance & Human Capital BSI Tribuana Tunggadewi, Komisaris PMN Nurhaida, Komisaris Bank Jago Anika Faisal, dan Direktur Keuangan, SDM dan Umum BEI Rista E Rustam.
Para narasumber membahas berbagai aspek terkait keuangan perempuan. Termasuk strategi pengelolaan keuangan keluarga, strategi menghadapi tantangan sektor keuangan di era digital, pemberdayaan perempuan melalui akses dan inklusi keuangan, serta pengenalan produk dan layanan jasa keuangan sebagai sumber pembiayaan dan investasi.
Setelah itu dilakukan penandatanganan komitmen bersama, serta penyematan pin “Bundaku Cakap Keuangan” kepada seluruh peserta, sebagai penanda pengukuhan peserta sebagai duta literasi keuangan perempuan.
Mereka diharapkan dapat menjadi agen literasi keuangan bagi anak, keluarga serta masyarakat di sekitarnya, serta mendorong pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan sebagai upaya peningkatan inklusi keuangan.