URBANCITY.CO.ID – Baru-baru ini, negara-negara Arab dan Muslim yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) berjanji akan mengaktifkan mekanisme pertahanan bersama. Ini sebagai respons atas serangan Israel ke Qatar pekan lalu. Janji ini muncul dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) GCC yang berlangsung di Doha, Qatar, mulai Senin (15/9).
GCC mengatakan bahwa konsultasi sudah dilakukan antara badan-badan militer untuk membangun “kemampuan pencegahan Teluk.” Ide membentuk aliansi pertahanan regional yang mirip dengan NATO datang dari Mesir, seperti yang dilaporkan the New Arab.
Menurut laporan the National, usulan ini melibatkan komando bergilir di antara 22 negara anggota Liga Arab. Semua negara akan berkontribusi dalam pasukan gabungan yang dipimpin oleh seorang sipil yang menjabat sebagai sekretaris jenderal. Aliansi ini nantinya akan menggabungkan kekuatan darat, udara, laut, dan pasukan komando, sama seperti NATO.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Mohammed Al Ansari, mengatakan akan ada pertemuan Komando Militer Terpadu GCC untuk membahas langkah selanjutnya. Namun, ia belum memberikan detail soal mekanisme pertahanan baru ini.
Baca Juga : 20.000 Fresh Graduate Dapat Magang Bergaji UMP, Pemerintah Siapkan Dana Rp198 Miliar
“Pernyataan bersama itu jelas menyerukan pertemuan komando tinggi yang akan digelar di Doha untuk membahas lebih jauh langkah yang bakal diambil untuk memastikan keselamatan dan pertahanan bersama negara anggota GCC, terpenuhi,” ujar Al Ansari kepada Al Jazeera. Ia menambahkan, “GCC berada dalam satu garis.”
Negara anggota GCC, yaitu Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, sudah memiliki pakta pertahanan yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu negara anggota adalah serangan terhadap semua negara.
Meski begitu, dalam KTT ini tidak banyak keputusan konkret selain kecaman dan janji solidaritas. Komunike yang dikeluarkan oleh negara-negara anggota Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatakan, “Kami mengutuk sekeras-kerasnya serangan pengecut dan ilegal Israel terhadap Negara Qatar. Kami menanggapi dengan solidaritas penuh kepada Qatar dan mendukung langkah-langkahnya.”
Komunike itu juga memuji respons Qatar terhadap serangan Israel, menyuarakan solidaritas, dan menolak segala bentuk agresi. Negara-negara anggota juga menolak “ancaman berulang Israel tentang kemungkinan menargetkan Qatar lagi.”
Serangan Israel ke Doha pekan lalu dilakukan dengan alasan menargetkan para pemimpin Hamas. Namun, serangan ini memicu kecaman dari komunitas internasional. Qatar, yang menjadi mediator antara Hamas dan Israel, menyebut serangan itu sebagai tanda bahwa pemerintahan Benjamin Netanyahu tidak ingin berdamai dan malah merusak upaya negosiasi.
Serangan ini terjadi di tengah agresi Israel ke Palestina yang sudah berlangsung sejak Oktober 2023. Akibatnya, lebih dari 64.800 warga Palestina meninggal dan jutaan lainnya menjadi pengungsi.