URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia melaporkan melalui keterangan resmi, Jum’at (13/12/2024), nilai tukar rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS (USD) pada penutupan perdagangan Kamis (12/12/2024). Melemah dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan sebelumnya yang tercatat di level Rp15.865 per USD.
Pada pembukaan perdagangan Jum’at (13/12/2024), kurs rupiah dibuka makin merosot pada level (bid) Rp15.945 per USD.
Sepanjang hari kurs rupiah berfluktuasi dan mencatat level terkuat Rp15.945, sebelum melorot menjadi Rp15.990 saat penutupan perdagangan setelah sempat menyentuh level psikologis Rp16.000 per USD.
Kurs rupiah Rp15.990 pada akhir pekan ini merupakan yang terlemah sejak akhir September 2024 yang sempat mencatat angka Rp15.200 per USD.
Kenaikan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun menjadi 6,95 persen pada Kamis, dan 7,00 persen pada Jum’at pekan ini, tidak mampu menahan depresiasi rupiah.
Baca juga: Rupiah Menguat, Tapi Tidak Beranjak dari Rp15.800-an
Begitu pula intervensi Bank Indonesia di pasar spot, pasar forward, dan pasar obligasi negara, tidak cukup memadai memperkuat nilai tukar rupiah.
Mengutip Gubernur BI Perry Warjiyo dua pekan lalu, ini memang era “strong dolar” menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS, negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Tercermin dari penguatan indeks dolar (DXY) pekan ini ke level 106,96, dan kenaikan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury (UST) Note 10 tahun ke level 4,328 persen yang membuat investor menarik duitnya di negara-negara berkembang untuk dipindahkan ke dolar AS.