URBANCITY.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Senin (2/12/2024), pada November 2024 inflasi bulanan (m-t-m) mencapai 0,30 persen. Melesat dibanding Oktober 2024 yang hanya 0,08 persen. Sebelumnya selama Mei-September 2024 ekonomi Indonesia mengalami deflasi.
Inflasi adalah kondisi di mana harga sekumpulan barang dan jasa yang disurvei mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya, yang dicerminkan melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) yang meningkat. Sedangkan deflasi sebaliknya, harga sekumpulan barang dan jasa yang disurvei mengalami penurunan (IHK minus).
Juga meningkat cukup tinggi, inflasi tahun kalender atau year to date (y-t-d) menjadi 1,12 persen, dibanding 0,82 persen pada Oktober 2024.
Kemudian juga inflasi inti dari 2,21 persen menjadi 2,26 persen secara tahunan (y-on-y), dari 1,91 persen menjadi 2,09 persen ytd, dan dari 0,22 persen menjadi 0,17 persen secara bulanan (m-to-m) atau menurun.
Inflasi inti mengukur kenaikan harga barang dan jasa di luar bahan makanan yang masuk komponen bergejolak (volatile food), dan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered prices) seperti BBM.
Karena itu inflasi inti menjadi indikator daya beli masyarakat dari konsumsi barang sekunder dan tersier alias non pangan. Pemerintah kerap menyatakan, peningkatan inflasi inti menunjukkan daya beli tidak melemah.
Sementara inflasi tahunan (yoy) terus melandai menjadi 1,55 persen pada November 2024, dibanding 1,71 persen pada Oktober 2024, 1,84 persen September 2024, 2,12 persen Agustus 2024, dan 2,13 persen Juli 2024.