Survei Konsumen Bank Indonesia November 2024 yang dipublikasikan Senin (9/12/2024) mencatat bukan hanya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi, bisnis, penghasilan, dan lapangan kerja, tapi juga kondisi keuangan konsumen.
Menurut survei tersebut, pada November 2024 rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang dipakai untuk konsumsi (average propensity to consume ratio), membayar cicilan utang (debt to income ratio), dan yang ditabung (saving to income ratio) stagnan dibanding Oktober 2024.
Yaitu, masing-masing 74,4 persen, 10,5 persen, dan 15,1 persen, dibanding Oktober 2024 yang tercatat 74,5 persen, 10,5 persen, dan 15,0 persen.
Proporsi konsumsi terhadap pendapatan terindikasi menurun pada kelompok menengah dengan pengeluaran Rp2,1-3 juta dan Rp3,1-4 juta.
Sedangkan konsumsi kelompok pengeluaran Rp1-2 juta (menengah bawah), Rp4,1-5 juta (menengah atas) dan >Rp5 juta (kelompok atas) sedikit meningkat, dengan peningkatan tertinggi pada kelompok pengeluaran Rp4,1-5 juta dari 72,3 persen menjadi 73,1 persen.
Baca juga: Survei Konsumen: Fenomena “Mantab” Berlanjut
Sementara untuk proporsi pendapatan yang ditabung, sedikit peningkatan terjadi pada kelompok pengeluaran Rp3,1-4 juta dan Rp4,1-5 juta.
Sedangkan pada kelompok pengeluaran Rp1-2 juta, Rp2,1-3 juta, dan >Rp5 juta terjadi penurunan porsi tabungan, dengan penurunan terbesar pada kelompok pengeluaran >Rp5 juta (dari 16,9 persen pada Oktober 2024 menjadi 15,8 persen pada November 2024).
Para ekonomi menduga kelompok terkaya menarik sebagian simpanannya di bank, untuk dialihkan ke instrumen investasi yang dinilai lebih menguntungkan seperti emas dan surat berharga terbitan pemerintah/otoritas moneter.