Indeks literasi keuangan syariah sendiri masih sangat rendah, 39,11 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah jauh lebih rendah lagi, 12,88 persen.
Agusman menyebutkan, OJK berupaya meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah itu melalui aneka program. Antara lain Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah (Sakinah), Ekosistem Pesantren Inklusif Keuangan Syariah (EPIKS), Program Indonesia Syariah Finansial Olympiad, dan Forum Edukasi dan Temu Bisnis Keuangan Syariah (FEBIS).
Selama BIK 2024 sejak awal September sampai 18 Oktober 2024 di Kalimantan Tengah, telah dilaksanakan 15 kegiatan oleh OJK bersinergi dengan seluruh stakeholders, mencakup edukasi keuangan, rangkaian lomba dan bazar UMKM dengan peserta 12.133 orang.
Capaian inklusi keuangannya berupa penambahan 24.255 rekening perbankan senilai Rp1,78 triliun, 52.001 rekening
di sektor keuangan nonbank senilai Rp543,96 miliar, penambahan 140 single investor identification (SID), dan business matching transaksi UMKM senilai Rp597 juta.
Di Pekalongan, Jawa Tengah, pada hari yang sana OJK menggelar “OJK Mengajar” di Universitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, mengenai literasi keuangan digital. Pematerinya Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi.
“OJK Mengajar” diikuti 1.050 mahasiswa dari berbagai fakultas di UIN KH Abdurrahman Wahid. Tema dan tujuan acara serupa dengan edukasi keuangan di Palangkaraya. Yaitu, meningkatkan inklusi dan literasi keuangan kalangan muda wabil khusus mahasiswa, terutama literasi dan inklusi keuangan digital.