1. Aspek ketahanan terhadap dinamika bisnis. Tercermin dalam dimensi digital competitiveness. Meliputi pengembangan produk yang berorientasi pada konsumen, adopsi teknologi terkini secara cepat, tepat, dan bertanggungjawab, serta transformasi desain organisasi, kepemimpinan, budaya, dan talenta digital.
2. Aspek ketahanan terhadap disrupsi/gangguan. Tercermin dalam kerangka manajemen kelangsungan bisnis atau Business Continuity Management (BCM), yang terdiri atas tiga tahapan utama sebagai berikut:
a. Tahap antisipasi (anticipate), yang merupakan proses mempersiapkan diri dalam menghadapi kemungkinan gangguan atau ancaman pada lingkungan digital.
b. Tahap bertahan dan pulih (withstand and recover), yang merupakan proses dalam menghadapi insiden keamanan atau gangguan dengan tetap memastikan operasional bank tetap berjalan efektif.
c. Tahap berkelanjutan (sustain), yang merupakan proses evaluasi dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sebagai upaya mengembangkan prosedur ketahanan yang lebih baik.
3. Sebagai bagian dari pelindungan konsumen di era digital, kerangka resiliensi digital juga memperhatikan aspek nasabah yang meliputi customer incident management, customer incident recovery, dan customer post-recovery services.
“Kerangka resiliensi digital dan aspek terkaitnya yang dimuat dalam Panduan Resiliensi Digital, menjadi acuan bank dalam mempersiapkan, menghadapi, dan memulihkan diri pasca gangguan operasional teknologi atau disrupsi/insiden siber, dengan meminimalkan kerugian nasabah, kerusakan reputasi, dan kerugian finansial,” kata Dian.